Wednesday, July 9, 2008

SURAT KEKASIH

Surat Kekasihku

Saat sang surya bergulir menuju rembulan malam dan bersembunyi dalam senyuman dan disanalah mutiara berlimpah. Saat sinar keemasan menerpa wajah kokohnya dalam buaian malam seolah mencari dimanakah ketegasan atas bunga-bunga penyempurna kehidupan.

Kesunyian menyelimuti dan aku masih termenung dalam komtemplasi memikirkan keraguan, kegelisahan, kesedihan, kebahagiaan ketika ranting pohon berderak seolah lelah menanggung beban dedaunan yang menuntutnya untuk tetap bertahan.

Kembali kucoba pahami setiap kata yang tercurah pada kertas putih berpenakan kasih terselip kemarahan, kerinduan, kasih sayang dan keraguan.

duhai kekasihku…haruskah semua ini menjadi sebuah puing dalam kemegahan istana cinta yang pernah kita miliki, mengapakah harus ada ksatria dalam kehidupan peperangan, haruskah selalu ada akhir pada setiap awal, haruskah ambisimu menghalangi keindahan yang pernah kau lukiskan pada kanvas hati ini? Ah kekasihku terlalu banyak pertanyaan dalam jiwa kosong ini hingga aku tak pernah mengerti bagaimanakah seharusnya aku memiliki dirimu… “

Aku mencoba mencari celah diri dalam kesendirian dan berdiam disana seolah aku memang tak ingin angin mengusikku.

pelangi batinku, telah aku simpan emas itu dalam sebuah peti yang terkunci rapat dalam detak jantungku”

Aku menjadi budak dalam terangmu dan menjadi raja dalam gelapmu.

“wahai indah….aku mungkin ingin memelukmu untuk pegunungan saljumu, aku ingin menjadi lagumu dalam lautan air matamu, biarkan aku…….”

Aku terduduk dan tertunduk, aku rindu dimana permata itu tertinggal dan kemana aku harus mencari untuk menyimpan kembali? Kan aku jadikan permata ini sebagai berlian terindah dalam sukma petualang, andaikan saja…..

“maafkan aku kupu-kupu kecilku aku tak sanggup bertahan dalam egomu, aku relakan dirimu melangkah memalingkan wajah dan membalikkan tubuhmu dan aku biarkan telinga ini mendengar kata perpisahan”

Rembulan menatapku dan aku telanjang dalam tatapanmu…Kekecewaan adalah sesuatu yang lumrah terjadi dalam jiwa rentan manusia dan itu adalah salah satu perjalanan yang dilalui dalam sebuah lingkaran kehidupan ini, sebuah bentuk ungkapan ketidakmampuan kita dalam melaluinya.

“bila saja ada detik yang memberi kita sedikit saat untuk kembali mencerna tanpa harus mencederai sisi kristal yang terindah, biar aku reguk kenikmatan dan keindahan itu walau sesaat dan biarkan aku memimpikan dirimu pada sebuah pasung ketenangan kalbu memeluk bungkahan rindu dan biarkan aku dalam samudera biru betapa aku membutuhkanmu, lelahkan hati ini untuk terus mencari”

Kutepiskan butiran-butiran manik bening yang jatuh dari peraduannya agar rembulan tak melihatku betapa akupun tersiksa dalam keangkuhan hatiku untuk tetap mempertahankan bongkahan es yang kutanam.

Akupun kembali semakin terpuruk pada sudut keraguan arah baratkah yang akan kutempuh ataukah timur yang akan kuraih? Bila saja memang ada cinta mengapa aku selalu terlelap diatas bantal kebimbangan?

“oh pujaanku, bila bunga mawar dapat mewakili hati ini biar aku persembahkan untukmu, bila matahari dapat menghangatkan kembali dinginmu biarkan aku menjadi mentarimu dan bila lilin kecil dapat menerangi kelamnya jiwamu biarkan aku menjadi lilin itu”

Aku berjalan menyeret sejuta tanda tanya dan ingin kau pun tahu bahwa hati ini menanti seseorang yang dapat mendongengkan sebuah keindahan tentang cinta biar aku mengingat dan merindukan dirimu dengan jalanku.

Bayangan dirimu selalu hadir pada setiap langkahku namun maafkan aku sebuah luka lama masih menganga dan terasa pedih biarkan waktu yang menghancurkan bongkahan es ini hingga aku mampu tentukan arah manakah yang aku tuju….

“duhai kristal indahku, ingin kujadikan dirimu sebagai sebuah hiasan dalam relung batinku memberi keelokan dalam penantian panjang, berapa lamakah lagi….?”

Kembali aku berjalan angkuh, mendongakkan kepala dan memanjangkan leherku bagai seekor angsa dalam gemulainya langkahku…Mencoba tegarkan hati bila akupun kini tengah menanti kesejukan embun kasih.

0 comments: